Menjaga Eksistensi Kesenian Tradisional Melalui Karnaval Budaya Tegalgede

  • Sep 07, 2023
  • ARIEF
  • INFO PARIWISATA

KIM Kab. Jember, KIM Info Reng Tegalgede media partner kelurahan Tegalgede meliput kesenian tradisional reog dan jaranan. Sanggar kesenian ini terletak di jalan mastrip 4 dekat dengan lingkungan Politeknik Negeri Jember. Sanggar kesenian ini sudah berumur puluhan tahu, Meski begitu orang masih tidak begitu familiar dengan Sanggar Jaranan Padang Pasir.

Minggu, 27 Agutus 2023, Reog dan Jaranan dari sanggar kesenian Jaranan Padang Pasir ikut berpartisipasi dalam acara Karnaval Budaya Tegalgede. Ada sekitar dua puluh lima orang yang diikut sertakan. Mulai dari satu reog, empat barongan, penabuh musik, driver, pendamping dan pelatih. Sugeng selaku pelatih sekaligus pemilik sanggar merasa senang dengan acara hari ini. Dengan diikutsertakan, sama saja ikut melestarikan budaya tradisional Indonesia. Sugeng menuturkan bahwa jaman sekarang  sudah tidak banyak orang yang tertarik dengan kesenian tradisional. Generasi muda lebih tertarik dengan kesenian modern yang dibawa bangsa lain.

Budaya tradisional terkikis jaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa ludruk kalah populer dengan drakor, gendhing (musik tradisional jawa) kalah dengan reggae, dan reog jaranan kalah saing dengan break dance/group dance. Kesenian tradisional mulai kurang populer sejalan dengan era keterbukaan informasi. Seakan-akan generasi muda lebih familiar dengan budaya asing karena banyaknya media yang meliput dan menyebarluaskan. Sedangkan kesenian tradisional asli Indonesia justru lebih sedikit mendapatkan atensi entah karena apa. KIM sebagai komunitas informasi masyarakat besutan KOMINFO RI ingin mencoba mengangkat kesenian tradisonal daerah.

Jika tiket konser band Coldplay dan Blackpink bisa mencapai harga empat juta rupiah, maka dengan merogoh kocek yang sama kamu akan mendapatkan pertunjukan tunggal kesenian Jaranan Padang Pasir. Harga ini tentu jauh lebih murah dibandingkan dengan esensi yang didapatkan dalam pertunjukan reog, jaranan dan barongan. Ada cerita, sejarah, dan makna yang terkandung pada setiap pertunjukan. Jangankan dibandingkan, disandingkanpun rasa-rasanya tidak pantas. Oleh karena itu boleh rasanya masyarakat bisa lebih sering menikmati kesenian ini di setiap gelaran acara tingkat kelurahan, kecamatan, atau bahkan kenegaraan. Karena ada yang bilang, Witing Treno Jalaran Soko Kulino.